Wednesday 5 December 2012

DIPONEGORO

.

"Selamat malam kyai.... kami tak pernah mati..."
Lamat-lamat kudengar sapa itu,
disemilir hembusan anyir darah dan mesiu
di bawah redup rembulan ditengah padang kematian..
Akupun bergumam membalas salam..
Pada tubuh-tubuh terbujur beku kaku berselimut malam kelabu...
yang ajalnya tentu makin menghidupi satu mimpi di setiap hati..
menegakkan kepala dinegeri sendiri...



Bagelen, kedu, banyumas terlalui dengan kaki pecah berlumur darah...
mandi keris,tombak dan timah tak berarti banyak...
Hanya kendali hati yang resah yang bisa mengurangi rasa bersalah....
Satu korban jasad rakyat adalah pukulan telak,
apalagi seribu...

Angin tercurah mati, diam tanpa sari...
Aku tepuk leher kudaku,
"hanya kamu.." kataku..
"tanpa Sentot dan Maja,...terasa bak tanpa senjata..
terasa tanpa separuh jiwa.."
Ia mengangkat dua kaki tinggi
tanda setia hingga mati...

Kuputar keris lambang pewaris sah negeri...
Esok hari tak ada kata lari
Keris ini akan mengakhiri
......................................
Bila lidah para jahanam tak bertulang
lebih mulia berpulang
Walau dengan lontaran timah, dari jarak dua langkah..
.......................................................


"Jangan pedulikan kami kanjeng....."
nyatanya,dihari itu aku hanya bisa terpaku saat rakyatku terancam di ujung senjata..
ku yakini bila aku pilih mati, separuh kumpeni jahanam pasti juga terajam.. mati..
Getar Keris ini terlalu cepat untuk dihindari....
Gemerlap keris ini tak akan membuat mereka bisa bercumbu lagi dengan matahari esok pagi...



Tanpa berkeluh
Niat ku teguh
Hasratku penuh
Dengan jiwa bersih
Ku pilih selendang putih
............................

Tegalrejo, Selarong dan Magelang..
bukan arena tinggal gelanggang
Tempat ini menjadi perlambang....
dan kan dikenang...

Bahwa aku disini walau tak menyongsong mati..
semua demi rakyat yang hanya ingin makan nasi, bukan roti..
dan ingin mewujudkan mimpi-mimpi waras..
Tanpa tertindas ujung lars

Bahwa sang pemberani adalah anak negeri..
sang laknat adalah para penjahat
penjajah bumi perusak pertiwi..
Yang membuang nyali,harga diri, dengan dalih strategi.

Aku menyerah
Tapi aku tak kalah
Merahnya darahku
Birunya darah rakyatku
Menyatu diantara pongahnya sepatu mu

Tunggu satu waktu
kepangkuan ibumu kau akan mengadu
membawa pilu dan malu




Tabik
Sudah merdeka kini kita (?) 28 Januari 2011

No comments:

Post a Comment